Dec
31
2009
0

Tugas Personal 4

BINUS Online Learning

Knowledge Management

Pertemuan 05

Tugas Pribadi 4


Berikan penjelasan dan sertai dengan contoh atau alasan untuk mendukung pandangan anda tentang aspek-aspek berikut :

(perhatikan untuk menjelaskan dan bukan menterjemahkan sesuai dengan isi slide)

  1. Jelaskan beda dari 3 knowledge goal yang ada (Stretegic, operational, normatif)
  2. Jelaskan perbedaan antara knowledge identification dan knowledge acquisition
  3. Jelaskan beda dari 3 pendekatan dalam knowledge identification (Struktural, activities, behavioral)
  4. Jelaskan bagaiman cara menghasilkan fitur dengan melihat dari knowledge goal dan knowledge identification
  5. Apa itu knowledge map ? berikan contohnya ? Untuk tipe knowledge seperti apa (lihat pertanyaan nomor 3) yang cocok untuk knowledge map, berikan penjelasannya.


Jawaban

  1. Knowledge Goal dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Strategic , Operational dan Normatif Goal. Berikut adalah perbedaan antara 3 goal tersebut.
    1. Strategic

Merupakan pendekatan strategis yang biasa dilakukan perusahaan atau organisasi dalam melakukan implementasi Knowledge Management, dan segala pertimbangan strategis yang dimaksudkan untuk mempermudah perusahaan menentukan strategi yang layak atau tidak.

  1. Operational

Merupakan goal yang berupaya untuk menjaga agar perlaksanaan Knowledge Management berjalan dengan tujuan yang telah disepakati. Salah satu contohnya adalah monitoring dari pelaksanaan Knowledge Management , dan proses share knowledge antar karyawan di suatu organisasi

  1. Normatif

Pendefinisian, penentuan, pengidentifikasian tujuan-tujuan, dan pembuatan kesepakatan dari knowledge yang akan dicapai suatu organisasi yang ditujukan dalam suatu visi dan misi knowledge.

  1. Knowledge Identification merupakan proses identifikasi dari dalam suatu perusahaan, dimana hal tersebut dimaksudkan untuk mencari Knowledge yang ada, serta kelebihan dan kekurangannya, dimana hal tersebut dimaksudkan agar dapat mengetahui perlakuan yang tepat untuk organisasi tersebut. Sedangkan Knowledge Acquisition adalah proses adopsi knowledge dari pihak luar perusahaan, dimana hal tersebut terkadang diperlukan untuk menutupi kekurangan yang ada diperusahaan setelah proses knowledge identification.
  2. Knowledge Identification memiliki 3 pendekatan , yaitu pendekatan structural, pendekatan activities dan pendekatan behavioural. Pendekatan structural adalah proses identifikasi Knowledg terhadap struktur perusahaan tersebut yang telah ada, dan pada tiap masing-masing pekerjaan, sedangkan pendekatan activities merupakan pendekatan yang lebih mengarah kepada fungsi tiap individu, dan dilihat detail pekerjaannya. Yang terakhir adalah pendekatan behavioral, yaitu pendekatan dari sisi budaya organisasi, dan hal-hal yang ada di dalamnya. Contohnya adalah pola kerja pada suatu kantor, dan prinsip-prinsip yang diterapkan ketika bekerja, dan lainnya.
  3. Cara untuk menghasilkan fitur dengan melihat dari knowledge goal dan knowledge identification adalah, dengan membahas tentang apa tujuan dan goal dari perusahaan tersebut, kemudian melakukan sinergi dengan hasil knowledge identification. Jika dari sinergi tersebut didapatkan kesamaan, maka dapat dilihat bahwa proses pelaksanaan knowledge identification dan knowledge goal sudah sejalan, demikian sebaliknya jika tidak sejalan, maka perlu adanya Identifikasi lebih lanjut dan penyelarasan goal agar lebih terarah.
  4. Knowledge Map adalah suatu gambaran pemetaan akan suatu organisasi berdasar knowledge, dan potensi SDM yang dimiliki oleh suatu organisasi tersebut, dan merupakan tampilan visual dari informasi yang terdapat di suatu perusahaan. Pemetaan knowledge lebih cenderung dilakukan  terhadap tipe knowledge activities dimana hal tersebut dikarenakan fungsi personal lebih terlihat.
Written by oktorio in: Tugas Personal |
Dec
31
2009
0

Tugas Personal 3

BINUS Online Learning

Knowledge Management

Pertemuan 04

Tugas Pribadi 3


Berikan penjelasan dan sertai dengan contoh atau alasan untuk mendukung pandangan anda tentang aspek-aspek berikut :

(perhatikan untuk menjelaskan dan bukan menterjemahkan sesuai dengan isi slide)

  1. Apa beda tacit knowledge dan explisit knowledge
  2. Bagaiman proses transfer diantara kedua knowledge tersebut pada orang-orang yang ada di organisasi
  3. Jelaskan beda dan struktur perubahdan dari data, informasi dan knowledge
  4. Jelaskan beda, maksud dan isi dari 3 model dasar Knowledge management (People, process dan technology)
  5. Jelaskan core process dari KM ?
  1. Tacit Knowledge dan Explisit Knowledge berbeda dalam berbagai hal, terutama tentang dimana knowledge tersebut disimpan. Pada Tacit knowledge, informasi yang terdapat pada knowledge tersebut berkaitan dengan intuisi, insting, maupun personal dari tiap individu, sehingga knowledge tersebut sulit untuk di share secara sistematis dan knowledge tersebut tidak dapat di dokumentasikan dengan sempurna (contoh : Strategi pelatih tim bola, maupun teknik individu pemainnya), berbeda dengan explicit knowledge, dimana knowledge tersebut terdokumentasi dengan baik dalam media (contoh : teknik sulap yang di dokumentasi tertulis maupun media video).
  2. Transfer knowledge pada tacit dan explicit jelas berbeda, yaitu untuk tacit, share knowledge dilakukan dengan cara Socialization, yaitu dengan Tacit to Tacit, karena tacit knowledge sukar untuk di share atau didokumentasikan. Share juga dapat dilakukan secara personal, maupun seperti training di organisasi, yaitu dengan mencontohkan, atau praktek langsung. Sedangkan Explicit knowledge, share knowledge dapat dilakukan dengan cara menyebarkan knowledge tersebut yang telah terdokumentasi, karena explicit knowledge mudah untuk di dokumentasi.
  3. Data merupakan suatu fakta yang terstruktur, dan dapat dikatakan adalah sebuah object ataupun suatu hal dan aspek tertentu. Contoh data adalah sebagai berikut: Hasil Penjualan IBM bulan ini sebesar 300 Milyar. Sedangkan informasi adalah, hasil pengolahan data yang memberikan gambaran jelas dan dinamis tentang suatu aspek tertentu, contohnya adalah sebagai berikut: Hasil Penjualan IBM bulan lalu 200 Milyar, bulan ini 300 Milyar, maka dari dua data tersebut, didapat informasi bahwa IBM mengalami kenaikan profit sebesar 100 Milyar. Informasi merupakan suatu hal yang dapat dijadikan suatu intelegence, yang mana hal itu dapat terkonversi menjadi Knowledge. Knowledge adalah interpretasi dan integrasi dari sebuah informasi.
  4. People adalah factor utama yang menentukan keberhasilan Core Knowledge Management. Sumber Daya Manusia merupakan salah satu factor yang tidak boleh dilihat sebelah mata , karena itu merupakan suatu factor yang mempengaruhi Knowledge Management. Penyebaran informasi dan share knowledge sangat penting dibangun untuk meningkatkan performa dalam suatu organisasi

Proses adalah suatu sistem pengintegrasian dan implementasi Knowledge dari People ke dalam Technology, agar bisa tersinergi dengan baik. Proses mempunyai alur, yaitu indentifikasi, membangun, menyebarkan, menggunakan, mengevaluasi , memelihara dan memperbaiki dan juga melakukan pengembangan dari Knowledge management.

Technology adalah suatu aspek support yang mendukung dalam proses share knowledge, dan impelemntasinya.

  1. 6 Proses dari pembangunan knowledge management adalah sebagai berikut:

-Knowledge Identification : Analisa dan identifikasi resource dari perusahaan secara internal, maupun pihak terkait yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.

-Knowledge Acquistition : Proses analisa sisi luar perusahaan dilihat dari factor knowledge, dimana sisi tersebut dapat dijadikan bagian resource pendukung dari perusahaan.

-Knowledge Development : Pengembangan dan pembangunan fitur dan saran untuk mengolah Knowledge, dimana proses ini dilakukan setelah proses Identification dan Acquistition.

-Knowledge Sharing : Transfer knowledge, hal ini dimaksudkan agar knowledge yang terdapat dalam suatu perusahaan tidak hilang karena berbagai factor, contohnya adalah kehilangan keyworker. Proses ini wajib dilakukan agar proses integrasi KM disuatu perusahaan dapat berjalan sebagai mestinya, dan performa perusahaan akan meningkat.

-Knowledge Utilization : Proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa knowledge yang sudah ada dalam suatu perusahaan tersebut digunakan secara produktif dan terintegrasi dengan baik untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

-Knowledge Retention : Proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa Knowledge pada perusahan tersebut tidak hilang, dan semua sumber daya yang ada menggunakan dan mengintegrasikan Knowledge dengan baik.

Written by oktorio in: Tugas Personal |
Dec
31
2009
0

Tugas Personal 2

BINUS Online Learning

Knowledge Management

Pertemuan 02

Tugas Pribadi 2


Mini case 1: The limitations of 100 case histories of industrial mergers (DaimlerChrysler)

dmlIn May 1998 the German concern, Daimler, merged with Chrysler, America’s third biggest automobile manufacturer. In September 1999, The Economists reported on the state of the marriage. Noting that the deal was ‘hailed as an inspiration, because of the neat fit of the firms’ products and markets’ and that the logic behind the merger was ‘as impeccable as ever’, the newspaper highlighted some Post-merger setbacks, including:

  • The defection of a stream of talented designers and managers’ to Ford and General Motors’ down the road in Detroit’
  • The issue of selecting one location for corporate headquarters; sooner or later the company will have to choose between Stuttgart and Detroit
  • Clashes of management style at board level; German managers preferred reading 50 page documents before key meetings, whereas their American counterparts did more talking and wanted less documentation before the meetings (it appears that the American style has prevailed)
  • Different styles at lower levels of management about the presentation of reports (German managers are inclined to accept the reports researched by subordinates, whereas the American style is ‘look at’ them later)

No involvement for American designers in Mercedes cars

It is, however, remarkable to read that Daimler instigated a strategic analysis to ensure that the project was well planned and executed. This analysis reviewed 100 past mergers, noted that around 70% fail to achieve their goals, and concluded that the key to success lay less in price and more in strategic fit and post-merger integration. As The Economist reported: ‘The result has been a post-merger plan devised with great attention to detail, a dozen teams of managers from the two sides focusing on every aspect of the merged team; a specially designed database to monitor daily progress; and an attempt to ensure the backing of the board at every stage.’ In some respects the integration is running ahead of targets and in September 1999 it was anticipated that costs of around $1.4 billion would be saved by the end of the year. But, as The Economist said: ‘Although merging the two companies was never going to be easy, nobody expected it to be this hard.’

Question

  1. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penggabungan itu baik dari tingkat Top, Middle maupun Low
  2. Apa yang melatarbelakangi hal tersebut bisa terjadi (point 1)
  3. Apa strategi untuk mengatasinya


Mini case 2: Beer Game Mengamuk

florence_hotel

Artikel bagus diambil dari buku Intellectual Capital karangan Thomas A. Stewart. Bukunya sudah cukup lama tapi masih tetap direkomendasikan

Sebuah contoh bagus tentang bagaimana informasi berpindah dalam hierarki muncul di e-mail saya. Isinya adalah surat-menyurat antara seorang staf hotel di London dan salah satu tamunya. Para pembaca Fifth Discipline dari Peter Senge akan mengenalinya sebagai sebuah kasus Beer Game mengamuk.

________________________________________

Pelayan yang terhormat,

Tolong jangan tinggalkan lagi batangan sabun kecil di kamar mandi saya karena saya telah membawa sendiri sabun Dial saya. Tolong pindahkan ke-6 batang sabun kecil yang belum dibuka dari rak di bawah kotak obat dan 3 lagi di tempat sabun dekat pancuran air. Sabun-sabun itu menghalangi saya.

Terima kasih,

S. Berman


Penghuni Kamar 635 yang terhormat,

Saya bukan pelayan tetap Anda. Pelayan tetap Anda sedang cuti, ia akan kembali besok, Kamis. Saya telah mengambil 3 batang sabun dari tempat sabun di pancuran Anda sesuai dengan yang Anda kehendaki. Enam batang di rak Anda telah saya pindahkan ke atas tempat untuk membuang Kleenex seandainya Anda berubah pikiran. Hanya ada 3 batang sabun yang saya tinggalkan hari ini sesuai instruksi manajemen untuk meninggalkan 3 batang sabun tiap harinya. Saya harap ini cukup memuaskan.

Kathy, Pelayan Pengganti


Pelayan yang terhormat,

Saya harap Andalah pelayan tetap saya. Tampaknya Kathy tidak memberitahu Anda tentang pesan saya kepadanya. menyangkut batangan-batangan kecil sabun. Ketika saya kembali ke kamar saya sore ini, saya melihat bahwa Anda telah menambahkan 3 sabun Camay kecil ke rak di bawah kotak obat. Saya akan berada di hotel ini untuk 2 minggu dan saya telah membawa sabun Dial saya. jadi, saya tidak akan memerlukan ke-6 sabun Camay kecil yang berada di rak. Sabun-sabun tersebut menghalangi saya bercukur, menggosok gigi, dan lain-lain. Tolong pindahkan mereka.

S. Berman


Tuan Berman yang terhormat,

Hari cuti saya berakhir pada hari Rabu. jadi, pelayan pengganti meninggalkan 3 sabun hotel yang telah diinstruksikan oleh manajemen. Saya telah mengambil ke-6 sabun yang menghalangi Anda dan menaruhnya ke tempat sabun, tempat sabun Dial Anda berada. Saya menaruh Dial Anda di kotak obat untuk memudahkan Anda. Saya tidak memindahkan ketiga sabun yang selalu ditempatkan dalam. kotak obat untuk sernua penghuni baru dan yang tidak memberatkan Anda ketika Anda mulai menghuni hotel ini Senin lalu. Tolong beritahu saya bila saya dapat membantu Anda nanti.

Pelayan tetap Anda, Dotty


Yang terhormat, Tuan Berman,

Asisten Manajer, Tuan Kensedder, memberitahu saya pagi ini bahwa Anda memanggilnya kemarin sore dan mengatakan bahwa Anda tidak puas dengan layanan pelayan Anda. Saya telah menugaskan seorang pelayan wanita baru untuk kamar Anda. Saya harap Anda dapat menenima permintaan maaf saya atas ketidaknyamanan yang lalu. Jika kelak Anda mempunyai masalah, harap Anda menghubungi saya agar saya dapat memberi perhatian khusus. Hubungi saluran 1108 antara jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Terima kasih.

Elaine Carmen, Pengurus Rumah Tangga


Yang terhormat, Nona Carmen,

.Sangat ticlak mungkin menghubungi Anda lewat telepon karena saya berangkat dari hotel jam 7.45 pagi untuk berdagang dan tidak akan kembali sebelum jam 5.30 atau jam 6.00 malam. Itulah sebabnya saya memanggil Tuan Kensedder kemarin. Anda telah bebas tugas. Saya hanya bertanya kepada Tuan Kensedder apakah ia dapat melakukan sesuatu atas sabun-sabun itu. Pelayan baru yang Anda tugaskan itu tentu mengira saya baru saja masuk di sini, karena ia meninggalkan lagi 3 batang sabun hotel di kotak obat saya bersama pengiriman 3 batang sabun di lemari kamar mandi secara teratur. Hanya dalam waktu 5 hari saya di sini, saya telah memperoleh 24 batang sabun. Mengapa Anda lakukan ini terhadap saya?

S. Berman


Yang terhormat, Tuan Berman,

Pelayan Anda, Kathy, telah diberitahu untuk menghentikan pengiriman sabun ke kamar Anda dan menyingkirkan sabun-sabun kelebihannya. Jika saya masih dapat mernbantu, harap hubungi saluran 1108 antara pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Terima kasih,

Elaine Carmen, Pengunis Rumah Tangga


Yang terhormat, Tuan Kensedder,

Sabun mandi Dial saya menghilang. Semua sabun telah diambil dari kamar saya termasuk sabun Dial saya. Kemarin saya kembali larut malarn dan harus memanggil pelayan untuk membawakan 4 sabun Cashmere Bouquet kecil.

S. Berman


Yang terhormat, Tuan Berman.

Saya telah memberitahu pengurus rumah tangga kami, Elaine Carmen, tentang persoalan sabun Anda. Saya sendiri tidak mengerti mengapa ticlak ada sabun di kamar Anda karena pelayan-pelayan kami diinstruksikan untuk meninggalkan 3 batang sabun setiap kali mereka merapikan kamar. Situasi ini akan dibereskan dengan secepatnya.

Martin L. Kensedder, Asisten Manajer


Yang terhormat, Ny. Carmen,

Siapa kiranya yang meninggalkan 54 batangan kecil sabun Camay di kamar saya? Saya kembali kemarin malarn dan menemukannya. Saya tidak menginginkannya. Saya hanya menginginkan sebatang Dial kepunyaan saya. Apakah Anda menyadari bahwa saya mempunyai 54 batang sabun di sini. Yang saya inginkan hanyalah sabun mandi Dial saya. Tolong kembalikan sabun mandi Dial saya.

S. Berman


Yang terhormat, Tuan Berman,

Anda mengeluhkan tentang terlalu banyak sabun di kamar Anda, jadi saya memindahkannya. Kemudian Anda mengeluh kepada Tuan Kensedder bahwa semua sabun Anda menghilang, jadi saya sendiri yang mengembalikannya. Ke-24 Camay yang telah diambil dan 3 Camay yang seharusnya Anda terima tiap hari (dikutip langsung). Saya tidak tahu apa pun mengenai ke-4 sabun Cashmere Bouquet. jelas sekah bahwa pelayan Anda, Kathy, tidak mengetahui bahwa saya telah mengembalikan sabun-sabun Anda. jadi, ia juga membawa 24 Camay ditambah 3 Camay harian. Saya tidak tahu dari mana Anda mendapat ide bahwa hotel ini mengeluarkan sabun mandi Dial. Namun, saya berhasil menemukan beberapa sabun mandi Ivory yang saya tinggalkan di karnar Anda.

Elaine Carmen, Pengurus Rumah Tangga


Yang terhormat Ny. Carmen,

Hanya sekadar catatan singkat untuk memberitahu Anda tentang persediaan sabun saya yang terakhir. Sampai pada hari ini saya mempunyai:

Di rak di bawah kotak obat–18 Camay dalarn 4 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 2 batang. Di atas dispenser Kleenex—11 Camay dalam 2 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 3 batang,

Di meja rias kamar–l tumpuk dari 3 batang Cashmere Bouquet, 1 tumpuk dari 4 batang Ivory ukuran hotel, dan 8 Camay dalarn 2 tumpuk dari 4 batang.

Di dalam kotak obat–14 Camay dalam 3 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 2 batang. Di tempat sabun pancuran–6 Camay, sangat lembab.

Di sudut timur laut bak–1 Cahsmere Bouquet, sedikit terpakai.
Di sudut barat laut bak–6 Camay dalam 2 tumpuk dari 3 batang.

Tolong beritahu Kathy agar ketika ia membersihkan kamar saya, pastikan bahwa tumpukan tumpukan itu disusun dengan rapi dan dibersihkan dari debu. Juga nasihati ia. bahwa tumpukan lebih clari 4 batang cenderung ambruk. Boleh saya sarankan bahwa jendela kamar tidur saya belum digunakan dan akan menjadi tempat yang bagus untuk pengiriman sabun selanjutnya. Satu hal lagi, saya telah membeli satu batang sabun Dial yang saya simpan di lemari besi hotel untuk menghindarkan kesalahpahaman di masa datang.

S. Berman

Question

  1. Apamasalah sebenarnya yang anda lihat terjadi antara pihak hotel dan pelanggannya tersebut
  2. Asumsikan informasi tersebut sampai dalam bentuk potongan sesuai dengan email yang dituju. Apa kesalahan orang-orang dalam hierarki tersebut ?
  3. Apa solusi yang anda tawarkan agar permasalahan serupa tidak akan terjadi lagi


Mini case 3: Taco Cases

taco_video

“Pabrik kecil terindah yang ingin Anda lihat” -Begitulah yang dideskripsikan sang pemilik, John Hazen White. Setelah beberapa menit meninggalkan Interstate 95 di Cranston, Pulau Rhode-sebuah pabrik kecil yang indah di Cranston?–di sebelah kiri Anda terlihat sebuah bangunan rendah dari bata merah; dari salah satu sudutnya terdapat menara jam empat tingkat. Selama bertahun-tahun jendela kaca memberikan kesan yang kosong; sekarang bagian muka jam-yang dipasang tahun 1994-sekali lagi berfungsi. Inilah perusahaan Taco, Inc.-sebuah perusahaan penghasil pompa dan katup, yang jadi bukti modal manusia.

Sebagian besar pekerja Taco bekerja di pabrik ini, dan beberapa lainnya ada di pinggiran Sungai Fall, Massachusetts, kampung asal Lizzie Borden. Orang-orang di sana adalah campuran New England yang umum; Irlandia dan Italia, dan Prancis-Kanada, dan sering kali imigran Hispanik dan Asia Tengggara. Ketika Anda memasuki bangunan, seorang penerima tamu duduk langsung di depan Anda di belakang jendela dorong dari kaca. Di sebelah kanan, melalui sebuah tangga. Anda akan sampai ke kantor eksekutif. Di antaranya ada sebuah pintu bertulisan: PUSAT BELAJAR.

Di dalam ruang ini, terdapat kelas-kelas, lab komputer, sebuah perpustakaan, dan sebuah ruang konferensi, dan di akademi dan universitas publik di sekitarnya, perusahaan swasta kecil ini (dengan penjualan tahun 1995 antara $89 – $90 juta) menyediakan kesempatan belajar yang menggiurkan bagi para pekerja-lebih 6 lusin jenis kursus. Di antaranya materi standar dan ringkas seperti program orientasi, latihan kebakaran dan keamanan, pengenalan terhadap produk Taco, program menurunkan berat badan, serta program berhenti merokok. Namun masih ada lagi.

Semua rangkaian pelatihan jelas sangat berhubungan dengan pekerjaan: Ini adalah kelas-beberapa diajarkan di perguruan tinggi-membaca cetak biru, permesinan CNC, audit ISO 9000, proses pengendalian statistik, Total Quality Management, metode-metode manufaktur, pelayanan konsumen, keterampilan menelepon, hukum pekerja. Tetapi masih ada lagi.

Pada juni 1995, lima pekerja Taco meraih diploma yang setara untuk tingkat SMA, Taco menawarkan tiga tingkat kursus; bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, melipatgandakan nilai pelatihan dengan menggunakan bahasa tersebut untuk memperkenalkan sejarah Amerika kepada para pelajar, mengajarkan bagaimana cara menghadapi masalah dengan sekolah-sekolah anak-anak mereka, dan menolong mereka belajar keterampilan mengatur uang. Selusin pekerja telah mengambil Pelajaran Percakapan dalarn bahasa Spanyol I dan II, agar dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan rekan sekerja yang tidak berbahasa Inggris. juga ada pelajaran aritmetika, aljabar, menghitung, berpidato–dan seni dan bertaman. Tetap masih ada lagi.

Gubenur Pulau Rhode, walikota propinsi, dan pejabat masyarakat yang lain telah datang ke Taco untuk mendeskripsikan pekerjaan mereka dan menjawab berbagai pertanyaan. Hakim pengadilan tinggi datang untuk mengajarkan sejarah. Tujuh pekerja belakangan ini menyerahkan permohonan mendaftar kewarganegaraan Amerika. Anak-anak pekerja pergi menonton pertunjukan ikan paus dengan ahli kelautan dari Universitas Rhode island, dan setelah menghabiskan waktu selama dua minggu untuk membangun dekor, menulis naskah, dan berlatih, mereka lalu diajar memainkan alat musik petik dari anggota Rhode island Philharmonic dan melakukan pertunjukan musik.

Biaya yang harus ditanggung para pekerja; tidak ada, kecuali untuk pelajar di bidang seni yang harus membayar untuk bahan-bahan mereka. Biaya untuk Taco: seperempat juta dolar untuk mendirikan pusat pelatihan, yang telah dikeluarkan akhir tahun 1992; sekitar $200,000 per tahun untuk mengoperasikannya; dan sekitar $100,000 lagi untuk gaji ekstra dan kegagalan produksi tahunan. Jika berkaitan dengan pekerjaan, pekerja berhak mengikuti satu pelajaran pada satu waktu dan tetap digaji atas waktu yang mereka habiskan dalam kelas..

“Saya tidak tahu apa yang terjadi,” kata John Hazen White, “kecuali memang saya ingin melakukannya.” Sehat dan langsing, bermata bening di balik kaca mata, pria berusia 84 tahun ini telah mengambil alih Taco pada tahun 1942 ketika ayahnya-”Pak Tua”, panggilan White terhadap ayahnya-meninggal akibat serangan jantung ketika sedang mencoba untuk mendapatkan kontrak dari Departemen Pertahanan.

Seperti kebanyakan pemilik perusahaan swasta, White tidak memburu keuntungan, tetapi jelas Taco telah banyak memberikan hasil untuknya; Tiga universitas Rhode island-Brown, Johnson & Wales, dan Universitas Rhode Island-telah menerima jutaan dolar sumbangan darinya, dan Pramuka Laut negara bagian itu selama bertahun-tahun telah memulai pelayaran dalam perahu berukuran 54 kaki, sebuah kapal cutter berukuran 29 kaki, dan sebuah sekoci berukuran 40 kaki yang disumbangkannya.

Pengeluaran untuk pelatihan, pendidikan, dan kewarganegaraan. Apakah ini kebaikan hati yang bodoh dari idealisme seseorang yang berumur 80-an atau investasi seorang tua yang baik hati untuk masa depan bisnis keluarga? “Bukankah itu tergantung kami? Tentu saja,” kata White. Bagaimanapun juga dia menolak meletakkan nilai moneter atas balas jasa yang didapatnya: “Itu semua tergantung pada bentuk sikap. Orang-orang merasa mereka ikut menjadi pemain, bukan jadi bola dalam permainan.”

Jika tidak ada kuantifikasi manfaat dari pusat belajar Taco, maka keuntungan tidak akan ada juga. Taco membuat alat sirkulasi, pompa pompa, pengalir panas, pengatur aliran udara, dan berbagai jenis alat lain yang digunakan dalam peralatan pemanas rumah dan AC untuk penggunaan komersial dan perumahan. Kata John White, Jr., 39 tahun, (di sekitar pabrik, dia dikenal sebagai “Johnny” dan ayahnya adalah “Tn. White”), wakil direktur utama Taco: “Ketika saya bergabung dalam bisnis ini tahun 1982, setengah dari industri ini dimiliki perusahaan keluarga. Saya pernah menyaksikan perusahaan mati bagai lalat.”

Taco sendiri terkena tamparan keras pada resesi tahun 1990-1992, yang memukul bidang konstruksi dan juga Taco, dengan cukup berat. Perusahaan tidak mempunyai pertumbuhan penjualan dari tahun 1987 sampai 1991. Menurut Johnny White, walaupun tidak pernah merugi, tingkat keuntungannya kecil sekali. Pada musim semi 1991, penjualan tiba-tiba jatuh secara tajam: jika pada kuartal pertama trend bisnis tetap, maka bisnis Taco akan jatuh 20 persen. Bahkan mungkin tidak dapat bertahan hidup di New England, atau tetap tinggal dalam keluarga.

Ada tiga pilihan. Pertama untuk memotong biaya, pindah ke Selatan dengan tujuan mendapatkan buruh yang lebih murah, dan berharap dapat keluar dari badai; tetapi keluarga White telah melihat terlalu banyak saingan yang tidak bisa lolos dengan strategi itu. Pilihan kedua: melakukan hal yang omong kosong melalui masa resesi, membeli mesin-mesin baru, menerima kerugian, dan bertaruh akan melonjak saat masa pemulihan datang. Inilah risiko yang terlalu besar bagi White. Mereka memilih cara yang lebih sederhana tetapi lebih sulit, bertaruh bahwa modal manusia dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan modal keuangan. Langkah pertama adalah mengendalikan biaya-biaya, yang berarti memotong pengeluaran modal yang telah direncanakan, dan dengan terpaksa memecat sekitar seperlima tenaga kerja pabrik dan tiga persepuluh staf kantor. Setelah menelan pil pahit tersebut, White mulai melaksanakan rencana: Menyerang persediaan dalam proses yang menyumbat pabrik, dengan demikian dapat menghasilkan
uang tunai; menginvestasi uang tunai tersebut untuk meningkatkan efisiensi pabrik; dan ketika resesi usai, menggunakan penjualan baru pada masa pemulihan untuk membeli peralatan besar sehingga meningkatkan kapasitas produksi tanpa menyewa pegawai tambahan.

Jika perbaikan yang pertama tidak dapat bergantung pada uang anggaran modal, maka untuk mencapainya bersumber pada modal manusia. Johnny White berkata: “Kami membuat komitmen yang tidak akan menggantikan manusia dengan mesin-pemecatan adalah untuk bertahan hidup, tidak untuk menggantikan-dan berkata, ‘Sekarang mari kita bereskan tempat ini’.”

Ada banyak hal yang harus dilakukan. Taco memburu persediaan dengan mencari ide-ide dan persetujuan pada setiap, langkah dari pekerja per jam. Proses kerja ditata ulang satu per satu. Pemasok diberi tahu untuk membuat pengantaran yang lebih kecil, namun lebih sering. Dulu ketika ada lini pekerja yang melakukan pekerjaan kecil terpisah (dengan bagian-bagian kecil yang datang dan pergi dengan hati-hati pada setiap stasiun), di sana mulai muncul kelompok pekerja yang melakukan beberapa operasi serta bekerja dengan kotak suku cadang yang lebih kecil. Stasiun kerja dijalankan untuk mempersingkat perjalanan operator forklift yang dilakukan ke tempat penyimpanan. Tidak ada satu pun perubahan yang besar-besaran, namun memang tidak dibutuhkan perubahan yang drastis. Johnny White berkata: “Perbedaan antara pabrik tersebut terlihat 4 tahun lalu dan pabrik di abad ke-19 adalah seperti ketika seorang wanita menggunakan sepatu berhak tinggi.”

Keberhasilan tergantung pada kemauan pekerja untuk menawarkan ide, nasihat, dan mempelajari tugas-tugas baru–dengan begitu dapat diperoleh keuntungan dari modal manusia terlepas dari modal fisik. Pusat Pelatihan menjadi pusat penawaran yang dibuat Taco bagi para pekerja, seperti dijelaskan Johnny White: “Anda melangkah masuk pabrik dan meningkatkan kemampuan kerja Anda; kami akan menyediakan alat-alat untuk melakukan hal itu.” Dididik dengan kursus-kursus TQM dan metode manufaktur serta diberdayakan melalui keterampilan keuangan dan kewarganegaraan yang mereka miliki, pekerja Taco melihat bahwa ide-ide mereka dapat membuat perbedaan. Sewaktu keadaan ekonomi berbalik, Taco memenuhi janjinya-membawa masuk peralatan baru, tetapi tidak otomatis yang membuat orang-orang kehilangan pekerjaan mereka. Setiap dolar yang Taco bayarkan untuk peralatan mengurangi biaya persediaan. Ini bukanlah pabrik terbagus yang Anda lihat, tetapi dari foto yang diambil pada tahun 1991 sulit membayangkan bangunan yang bercahaya, bersih, dan lapang seperti sekarang.

Dari titik rendah pada musim semi ‘ tahun 1991 sampai musim panas 1995, penjualan berlipat ganda. jurnlah pekerja-tingkat turnover karyawan kurang dari 1%.–tetap tidak berubah. Harga-harga jarang dianggarkan. Tingkat pertambahan produktivitas pekerja tahunan sekitar 20% -keuntungan yang mengejutkan-hampir semuanya diperoleh dari manusia dibandingkan mesin atau teknologi.

Taco mendapatkan hasil yang luar biasa ini hanya dengan kurang dari $700 per pekerja setiap tahun, ketimbang bonus yang biasanya diberikan dan pembagian keuntungan.

Question

  1. Apa pandangan Taco tentang KM
  2. Kira-kira apa harapan Taco dengan mengadakan berbagai pelatihan tersebut
  3. Kalau anda diposisi John Hazer White, akankah anda melakukan hal yang sama atau ada strategi yang lain
  4. Apa pendapatmu tentang strategi Taco di masa krisis
  5. Apa hal penting yang bisa dipelajari

PEMBAHASAN

Jawaban Case 1

  1. Masalah yang dihadapi pada case tersebut terdapat pada bagian Top, Middle, maupun Low. Masalah tersebut adalah perbedaan manajemen dari tiap negara perusahaan tersebut, dalam hal ini Jerman dan Amerika. Pada tingkat manajemen tinggi dan menengah, Jerman lebih memilih untuk membaca dokumentasi terlebih dahulu sebelum melakukan rapat, sedangkan Amerika lebih memilih pada pembicaraan ketika rapat, dan pencarian dokumen yang menjadi kunci sebelum rapat diadakan. Sedangkan pada level bawah, permasalahan terjadi pada kasus persentasi, dimana Jerman lebih memilih untuk menerima laporan langsung dari bawahannya untuk di periksa, sedangkan Amerika lebih memilih untuk menerima hasil laporan tersebut sesegera mungkin.
  2. Latar Belakang yang melatar belakangi masalah-masalah tersebut adalah, perbedaan budaya antar dua negara, dalam hal ini Jerman dan Amerika. Pada hal ini Daimler yang merupakan perusahaan Jerman, dan Chrysler yang merupakan perusahaan Amerika. Sangat sulit untuk mempersatukan budaya antar dua negara yang berbeda, jika tidak diambil jalan tengah secara cepat. Perbedaan budaya tersebut jika tidak diatasi akan terus berlanjut.
  3. Strategi yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut adalah, dengan mencari jalan tengah atas perbedaan yang dihadapi kedua perusahaan tersebut, salah satunya adalah dalam hal rapat, maupun hal yang dihadapi pihak low management. Kedua perusahaan tersebut harus rapat koordinasi untuk mengatasi kebudayaan-kebudayaan yang berbeda dalam hal tersebut, sehingga kedua perbedaan tersebut dapat disatukan, meskipun berat pada awalnya.

Jawaban Case 2:

  1. Masalah yang terjadi pada kasus tersebut sebenarnya adalah kesalahpahaman dalam proses transfer informasi antara S.Berman dengan pihak hotel, dimana informasi yang disampaikan S.Berman kepada satu pelayan, tidak tersalur ke pelayan lainnya. Miskomunikasi sering terjadi di banyak perusahaan maupun organisasi yang karyawannya terdapat waktu shift, maupun terjadi karena adanya pengganti karyawan kaerna cuti.
  2. Kesalahan-kesalahan orang-orang tersebut adalah sebagai berikut. Dotty , yang merupakan pelayan tetap S.Berman, tidak meneruskan informasi yang diberikan S.Berman tidak member informasi tersebut kepada Kathy , yang merupakan pelayan pengganti, maupun  para staff hotel lain. Sedangkan Kathy, tidak meneruskan informasi dari S.Berman ke Dotty,  pelayan tetap S.Berman, dan juga kepada pihak manajemen dari hotel tersebut. Hal tersebut mengakibatkan, pengiriman sabun tiap harinya ke kamar S.Berman.
  3. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah, penyediaan informasi diadakan dengan sistem terpusat, sehingga informasi keluhan yang diinformasikan S.Berman, dapat dilihat semua pihak , baik manajemen, pelayan tetap maupun pelayan pengganti. Karena sistem informasi yang terpusat lebih memudahkan untuk para pihak hotel, untuk dapat mengetahui keluhan para pelanggan hotel, sehingga tidak perlu untuk pihak hotel mengirimkan keluhan yang hampi sama tiap harinya.

Case 3:

  1. Dari case yang saya baca, saya simpulkan bahwa KM merupakan salah satu aspek yang penting bagi Taco, salah satunya yang berhubungan dengan SDM, sumber daya manusia, dimana hal ini dapat dilihat dari usaha yang Taco lakukan, yakni didirikannya pusat-pusat kursus untuk karyawannya untuk meningkatkan mutu dari karyawannya, dimana hal tersebut dengan maksud untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas dari SDM nya. Menurut Taco, ide-ide dari karyawannya merupakan salah satu asset berharga dimana hal tersebut dapat memberikan angin baru untuk perusahaannya untuk lebih berkembang.
  2. Harapan Taco dengan jelas dapat dilihat, yaitu dia berharap agar dapat meningkatkan mutu para karyawannya, dan kualitasnya dengan didirikannya pusat-pusat kursus. Menurut saya SDM merupakan asset yang paling berharga dari sebuah perusahaan, karena modal intelektual tidak bisa didapatkan dengan mudah, apalagi jika intelektual tersebut sangat cerdas dan berkualitas.
  3. Jika saya menjadi John Hazer White, saya akan melakukan hal yang sama, karena saya pribadi mempunyai satu pemahaman, bahwa SDM yang berkualitas adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk meningkatkan mutu perusahaan. Tentunya hal yang ingin saya lakukan lainnya adalah, melakukan inovasi lain dalam meningkatkan mutu perusahaan, tentunya bukan hanya dengan diadakannya kursus, tapi saya akan lebih focus ke pada kesejahteraan dan kesehatan karyawan.
  4. Strategi yang dilakukan Taco, adalah strategi yang sangat riskan, tapi saya setuju dengan apa yang dilakukan Taco, karena resiko itu ada bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Hal yang dilakukan Taco sangat membuktikan bahwa SDM memegang peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu perusahaan.
  5. Pengembangan SDM merupakan hal yang harus sangat diperhatikan, karena KM tidak luput dari modal manusia, dimana intelektual yang ada di dalam manusia ada untuk dimanfaatkan dan dijaga dengan baik, dan Knowledge harus disharing, agar alur informasi dan knowledge tidak hilang dari sebuah perusahaan.
Written by oktorio in: Tugas Personal |
Dec
31
2009
0

Tugas Personal 1

BINUS Online Learning

Knowledge Management

Pertemuan 01

Tugas Pribadi 1


Mini case 1 – Saatchi & Saatchi

saatchi_logo

In December 1994, as a result of sustained pressure from the principal shareholders, Maurice Saatchi was dismissed from his post as chairman of the company. Saatchi, a controversial figure, had founded and managed the firm. His dismissal was intended to prevent a further sharp fall in the company’s share prices, and it was greeted with initial enthusiasm.

However, the consequences were fatal. Maurice Saatchi quickly formed a new company, continued to trade under the name of Saatchi, and recruited many of the most creative employees from the old company. Owing to this enormous loss of intellectual capital, CORDIANT, the company which succeeded SAATCHI & SAATCHI, lost customer accounts worth over £50m. in a matter of weeks. The share price collapsed by a further third in the following six months.

Mini case 2 – Volkswagen & General Motors

gmaThe danger of losing knowledge when key workers depart is by no means restricted to traditionally creative industries such as advertising, design or entertainment. A case in point is the dramatic move of Josh Ignacio Upez, chief of purchasing at GENERAL MOTORS, to VOLKSWAGEN.

This move was the subject of a lengthy debate. GENERAL MOTORS initially made massive demands for damages, alleging that documents or computer files had been transferred illegally. However, this dispute was eclipsed by the fact that here too, the loss of a key employee was followed by the exodus of a whole group of highly skilled managers. Uncoded intellectual assets of incalculable value were carried off in the heads of the renegades, and were irrevocably lost for GENERAL MOTORS.

PEMBAHASAN KASUS

Dari kedua kasus diatas, dapat dengan jelas dilihat bahwa faktor penting knowledge nya adalah seseorang intelektual, dan otak dari sebuah perusahaan. Pada case pertama, Saatchi merupakan sesosok figur yang memiliki knowledge mendasar di CORDIANT, dan merupakan Chairman di CORDIANT. Dengan posisinya sebagai Chairman, dapat dipastikan Saatchi memiliki banyak knowledge dari perusahaan yang dia pimpin, dan itu bukan hal yang mudah untuk menduduki posisi Chairman. Untuk case kedua, Josh Ignacio Upez merupakan key employee dari GENERAL MOTORS, dimana key employee merupakan salah satu factor kunci kesuksesan perusahaan, yaitu knowledge yang biasanya dipegang key employee merupakan salah satu modal perusahaan untuk dapat terus mempertahankan dan meningkatkan performanya.

Kesalahan yang dilakukan pada dua case tersebut sebenarnya tidak begitu berbeda jauh, dimana kedua case itu menceritakan tentang seseorang pemegang knowledge perusahaan, keluar dari perusahaan lamanya , atas hal dipecat, atau keluar dengan keputusan pribadi. Hal ini merupakan kejadian yang sangat fatal untuk kehilangan seorang kunci knowledge perusahaan. Pada case pertama, Saatchi dipecat dikarenakan penurunan share prices perusahaan lamanya. Pemecatan Saatchi merupakan tindakan yang fatal, karena knowledge dari Saatchi bisa dapat dipergunakan Saatchi untuk dapat memperbaiki hal yang berkaitan dengan penurunan share prices, dan dapat dipergunakan oleh Saatchi dengan perusahaan barunya, untuk menyaingi perusahaan lamanya. Pada case kedua, Josh Ignacio Upez merupakan key worker dari GENERAL MOTOR yang keluar dari perusahaan tersebut. Hal ini merupakan sebuah kesalahan yang fatal, karena GENERAL MOTOR tidak mempertahankan Josh Ignacio Upez untuk tidak keluar dari perusahaan tersebut. Josh Ignacio Upez merupakan chief dari GENERAL MOTOR, dimana knowledge yang dia pegang sangatlah berharga, dan harus di share pada GENERAL MOTOR. Kesalahan fatal lainnya adalah, kepergian para manager yang mempunyai kemampuan yang baik, karena mereka keluar mengikuti Josh Ignacio Upez. Josh Ignacio Upez mungkin merupakan tokoh yang dihormati di GENERAL MOTOR , dengan demikian pengaruh yang sangat besar bisa mempengaruhi banyak hal jika karyawan tersebut pindah. Seharusnya GENERAL MOTOR bisa mempertahankan hal tersebut, sehingga knowledge mereka bisa dijaga.

Dari kedua kasus tersebut, bisa dipelajari bahwa Sumber Daya Alam, khususnya seseorang dengan Knowledge yang sangat dalam dan mendasar tentang pekerjaannya, sangatlah penting untuk dipertahankan di perusahaan. Hal yang lebih penting lainnya adalah tentang Share Knowledge. Share Knowledge merupakan hal yang sangat penting diseluruh aspek kehidupan, salah satunya dunia kerja. Hal ini diperlukan untuk menghindari hal – hal seperti kasus diatas, karena SDM bukanlah sebuah mesin yang dapat dicari dan diperbaiki dengan mudah. SDM yang berkualitas dapat saja pergi untuk mencari perusahaan lain yang lebih baik, ataupun SDM tersebut meninggal karena sesuatu hal. Oleh karena itulah pentingnya Share Knowledge untuk mempertahankan knowledge di satu perusahaan, sehingga performa dapat terus dijaga. Untuk kasus kedua, kepergian Josh Ignacio Upez seharusnya dapat dipertahankan dengan menggunakan hukum tertulis. Pada dewasa ini, ada ITSM( Information Technology Service Management), dimana terdapat peraturan bahwa seorang pekerja IT tidak boleh bekerja pada tempat yang sama dalam hal kegiatan perusahaan ( contoh : Bank ke Bank, atau Telco ke telco), untuk jangka waktu tertentu jika ia pindah – pindah perusahaan. Ada jangka waktu yang memperbolehkan ia bekerja pada bidang yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pencurian knowledge, ataupun knowledge yang disebar secara illegal. Demikianlah pentingnya SDM untuk dijaga di suatu perusahaan, karena knowledge merekalah yang membangun suatu perusahaan agar tetap dapat berlangsung.

Written by oktorio in: Tugas Personal |
Dec
20
2009
0

Innovation War : Nokia vs. Blackberry

bebe-reDemam Blackberry (Bb) di tanah air tampaknya kian tak tertahankan. Laju penjualannya terus melesat, dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna Bb tertinggi di dunia (!) Para pejabat RIM (Research In Motion) – produsen Bb yang berlokasi nun jauh di Ontario, Kanada sana – sampai tertegun-tegun, bahwa ada ledakan populasi pengguna Bb di sebuah negeri katulistiwa bernama Indonesia.

Dan kisah menjulangnya produk Blackberry itu dengan segera membuat produk smartphone keluaran Nokia seperti terpelanting, tercabik penuh luka. Jika tren ini terus berlanjut – dan banyak pengamat percaya ini akan terus berlanjut – masa depan produk smartphone Nokia niscaya akan tergolek dalam bayang-bayang kehancuran.

Syair dan kidung kematian mungkin masih terlalu pagi untuk dilantunkan. Namun, dalam perang inovasi yang brutal, everything is possible. Jika Nokia tak jua mampu mengelak, pendekar tangguh dari Finliandia ini bisa pelan-pelan tergeletak wafat dalam pusara kematian. Dan di atas batu nisannya, tercetak kalimat : Nokia – Rest in Peace. Who knows?

Semua kisah yang membawa kepiluan bagi Nokia itu berawal dari satu produk yang bernama Blackberry. Ada dua faktor utama yang berperan dalam melambungnya produk Bb ini. Yang pertama tentu saja adalah : produk yang inovatif dengan desain amat elegan. Teknologi email dan browsing-nya sangat user friendly, dan penempatan papan keyboardnya juga terlihat sangat pas (untuk seri Bold dan Curve). Desainnya juga sangat cantik nan menawan, membuat produk smartphone Nokia Communicator menjadi terlihat sangat jadul.

Faktor kedua, yang juga tak kalah penting, adalah apa yang dapat disebut sebagai “imitation effect”. Tentu efek ini bukan khas Indonesia, namun lazim menghinggap pada benak para konsumen di berbagai penjuru dunia. Efek ini intinya begini : kalau orang laen pake Bb, gue mesti pake juga dong. Sebab kalo gue ndak pake, gue bakal kelihatan ketinggalan jaman, gitu.

Efek semacam itu dengan segera akan menciptakan viral : atau promosi yang menyebar dengan sendirinya melalui jaringan para konsumennya. Efek semacam ini pelan-pelan bergerak seperti bola salju dan pada titik tertentu, akan menciptakan momentum ledakan penjualan. Gladwell menyebutnya sebagai tipping point : atau titik dimana efek viral itu melaju tak tertahankan.

Dan persis efek semacam itulah yang dengan indah dimanfaatkan oleh produsen Bb. Mereka hampir tak pernah mengeluarkan biaya untuk iklan; sebab yang menjadi salesman produk mereka adalah ribuan penggunanya yang tersebar disetiap sudut kota. Dan asyiknya “ribuan salesman/salesgirl” ini tidak perlu dibayar. Namun seperti kita lihat : efeknya sangat dramatis bagi laju penjualan Bb. (Ini tentu berbeda dengan smartphone Nokia yang jor-joran mengeluarkan puluhan milyar untuk pasang iklan dimana-mana; namun hasilnya tak juga maksimal).

Menyadari serbuan Bb yang kian tak tertahankan, Nokia mencoba merilis seri E, yang merupakan rangkaian produk smartphone dengan beragam keunggulan. Namun sayang, laju penjualannya ndak seperti yang diharapkan. Inilah yang membuat pangsa pasar smartphone Nokia secara global kian tergerus (dari sekitar 49 % pada tahun 2006 menjadi 41 % pada tahun 2009 ini; sementara pangsa Bb melaju hampir tiga kali lipat, dari 7 % pada tahun 2006 menjadi 20% pada tahun 2009).

Tren diatas tak pelak telah membuat Nokia segera berbenah; sebab jika mereka terus gagal membalikkan tren itu, maka masa depan mereka benar-benar berada dalam kekelaman. Sebab pada sisi lain, secara global Nokia juga harus menahan laju produk dahsyat lainnya, yakni iPhone dari Apple yang juga terus menggerus pangsa pasar Nokia.

Serangkaian kisah diatas tampaknya kian menegaskan arti penting inovasi. Tanpa kecerdikan melakukan inovasi, setiap perusahaan – betapapun hebatnya – pasti akan terjungkal dalam semak-semak kehinaan. Perang inovasi memang sungguh brutal. Ia selalu akan meninggalkan para pecundang yang tak sigap merespon dinamika pasar. Pecundang semacam pasti akan selalu tersingkir, dan terkaing-kaing dalam lembah kenestapaan.

Sebab itulah, kita sungguh percaya dengan mantra ini : INNOVATION. How can you survive without it?

sumber : http://strategimanajemen.net/2009/08/31/innovation-war-blackberry-vs-nokia/

Pembahasan

nokvsapplevsblackberry

Wacana diatas similiar dengan wacana J’Co yang telah saya bahas di wacana sebelumnya, yaitu berkisar tentang efektifnya marketing word of mouth, dimana kita tidak perlu menghabiskan biaya untuk proses pemasaran yang berlebihan. Telah kita ketahui, BB (Blackberry) merupakan salah satu Smartphone yang banyak digandrungi banyak orang di Indonesia, dari remaja sampai orang dewasa, bahkan saya sendiri melihat bahwa lebih banyak pengguna BB dibandingkan pengguna Handphone lainnya. Padahal, BB tidak pernah beriklan di Indonesia, dan RIM sendiri tidak membuka service centernya di Indonesia, tapi mengapa BB bisa sedemikan lakunya di pasaran? Jawabannya adalah trend, dan mouth to mouth marketing.

Tentunya faktor pemasaran tidak selamanya merupakan faktor yang paling menentukan, dalam hal ini BB sendiri merupakan smartphone yang didesign sedemikian inovatifnya, yaitu dengan design dan fitur didalamnya yang memudahkan semua orang dalam mengakses email dan messenger, dimana BB dapat meraup banyak keuntungan dari pengguna Facebook di Indonesia. Inovasi dari BB ini menggusur pasar Nokia di Indonesia, yang mana Nokia sudah lama sekali menginjakkan kaki dan berjaya di Indonesia ini.

Tentu saja BB sangat sukses menjajakkan kakinya di Indonesia ini, dengan harga yang lumayan dapat dijangkau di pasaran, tidak seperti iPhone yang harganya masih mencekik leher, maupun Nokia yang sudah jenuh di kalangan masyarakat. Nokia sendiri sudah mengeluarkan ponsel QWERTY, tapi kurang diminati, karena masyarakat menganggap bahwa ponsel QWERTY selain BB adalah tiruan, tidak orisinil. Inovasi merupakan faktor utama sebuah produk untuk dapat laku di masyarakat, karena manusia merupakan mahluk yang cepat bosan, dan butuh hal yang baru untuk menarik minatnya kembali. Ini merupakan knowldge yang harus diterapkan pada produsen Smartphone, dimana inovasi merupakan salah satu hal yang paling penting dalam membuat produk dan menarik minat masyarakat, bukan dengan meniru produk yang laku di pasaran.

Written by oktorio in: Case Study |
Dec
20
2009
0

J.CO Mulai Beriklan Di Koran

jcoAda hal baru yang saya lihat di Kompas edisi Sabtu 23 September 2006, disitulah saya pertama kali melihat iklan / newspaper-ad dari J.CO Donuts. Sebagian orang mungkin bertanya-tanya : Bukannya J.Co sudah terkenal dan itu adalah hasil iklan ? Setahu saya sebelum ini J.CO belum pernah memasang iklan di koran atau majalah (apalagi TV ). Tapi J.CO secara cerdik memanfaatkan kegiatan Public Relation (PR) dan word of mouth. Sebagai gerai donat premium pertama yang ada di Indonesia, maka J.CO telah menciptakan pemberitaan luar biasa dengan diferensiasi rasa, harga, dan suasana gerainya, serta antrian calon pembelinya. Hal itu menjadi bahan pemberitaan media yang menjadi bahan PR bagi J.CO. , sehingga J.CO tidak perlu memasang iklan untuk mendapatkan exposure dari media.

Namun, kehadiran Krispy Kreme sebagai kompetitor tentu saja harus merubah cara J.Co dalam melakukan aktifitas marketing communication. Krispy Kreme ( K.K ) memanfaatkan cara berkomunikasi yang sama dengan J.CO, KK memanfaatkan word of mouth dan juga PR, seperti acara pembukaan gerai pertamanya di Pondok Indah yang menciptakan antrian yang luar biasa panjang. Nah, J.CO sebagai market leader dan pemain pertama memang seharusnya mengantisipasi dengan memanfaatkan media komunikasi yang belum dipakai oleh kompetitor. Jadi saya rasa langkah J.CO sudah benar, J.CO harus beriklan sebelum KK beriklan. Karena being first in the mind and the market adalah hal yang cukup penting. Selain itu langkah beriklan juga antisipasi / mem-block langkah kompetitor dalam memanfaatkan media komunikasi.

Selain itu, J.CO juga mulai melebarkan sayap dengan membuka gerai di berbagai kota lain selain Jakarta, yaitu di Bandung, Surabaya, dan Makassar. Selain itu mereka juga akan segera membuka gerai di Bogor, Pekanbaru, Batam, Bali, dan Medan. Sehingga penggunaan media nasional sudah tepat dan sesuai dengan image premium dari J.CO. So, what do you think ?

sumber : http://aboutandri.blogspot.com/2006/09/jco-mulai-beriklan-di-koran.html
Pembahasan

j-co-donuts-top-view2

Langkah J’CO dalam beriklan di koran merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mencuri start dari kompetitornya, yaitu Krispy Kreme. J’Co merupakan salah satu leader dari pasar donut di Indonesia, dimana strategi marketing mereka pada awalnya adalah penyebaran informasi melalui word of mouth. Banyak diantara kita tidak mengetahui pada awalnya, bahwa J’Co sama sekali tidak pernah beriklan di media, melainkan penyebaran dari mulut ke mulut. Pasti diantara kita lebih sering mendengar J’Co pada awalnya dari teman, ataupun saudara kita. Strategi demikian merupakan strategi yang sangat efektif, karena words spread by mouth lebih efektif daripada beriklan ke media, karena orang tidak selalu yakin dengan apa yang dia lihat di media.

Langkah yang diambil J’Co dalam beriklan di media nasional merupakan langkah untuk mengantisipasi Krispy Kreme dalam persoalan marketing, dimana Krispy Kreme mengambil langkah yang sama dengan J’Co , yaitu word of mouth. Sangat disayangkan langkag Krispy Kreme hanya meniru langkah market leader, dengan hal ini J’Co masih unggul satu langkah dari Krispy Kreme, ditambah lagi J’Co mulau merubah strategi pemasarannya, yaitu dengan beriklan ke media nasional.

Knowledge yang perlu kita pelajari adalah, masyarakat adalah manusia, yang jenuh akan perulangan yang terjadi di sekitarnya, oleh karena itu untuk memasarkan sesuatu, kita harus mulau inovasi yang baru, bukan meniru yang telah ada. Adapun juga sebagai market leader, kita tidak boleh terlena dengan produktivitas kita yang terjaga, melainkan harus mencari inovasi untuk menarik kustomer yang lebih banyak.

Written by oktorio in: Case Study |
Dec
20
2009
0

Customer Management di Era New Wave

bnus5
Rabu, 4 November 2009 | 13:48 WIB

KOMPAS.com – Pengelolaan pelanggan, jika dilakukan dengan benar akan membantu pemasar dalam meningkatkan efektifitas mendapatkan pelanggan baru (Get), mempertahankan pelanggan yang telah ada (Keep), dan meningkatkan wallet share tiap pelanggan (Grow). Pada intinya, pelanggan bukan hanya harus diakuisisi, tapi dipertahankan agar dapat memberikan nilai jangka panjang. Dan bukan itu saja, pengelolaan pelanggan ini akan membantu pula untuk menghasilkan pelanggan loyal yang lebih banyak.

Di era Legacy, pengelolaan pelanggan ini bisa dilakukan secara sistematis, lewat prinsip sembilan elemen pemasaran. Untuk mendapatkan pelanggan baru yang berpotensi untuk ditingkatkan loyalitasnya (keep dan grow), sejak awal perusahaan harus menyaring secara benar para suspek yang masuk menjadi prospek yang bernilai tinggi. Dengan demikian hanya diperlukan sumber daya yang minim untuk mengubahnya menjadi pembeli pertama (first time buyer). Suspek yang masuk disaring dengan strategi Segmentasi, Targeting, dan Positioning-disingkat STP. Tujuannya adalah agar suspek yang masuk menjadi prospek adalah suspek-suspek yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang sama dangan value proposition yang dimiliki produk.

Kemudian untuk menarik prospek menjadi pembeli pertama digunakan strategi diferensiasi, marketing-mix, dan selling- disingkat menjadi DMS. Diferensiasi yang mendorong prospek memilih produk kita dibandingkan produk pesaing. Diferensiasi dikongkritkan lagi dalam marketing mix yang yakni product, price, promotion dan place, harganya mau dipatok pada angka berapa, bagaimana konsep iklan below the line (BTL) dan above the line (ATL)-nya dan mau memakai saluran distribusi apa saja. Keputusan dalam marketing mix akan menentukan kredibilitas positioning yang telah dibangun sebelumnya. Misalnya produk telah diposisikan sebagai produk yang ekslusif namun ternyata pelanggan dapat menjumpainya di sembarang channel, maka jelas kesan ekslusif yang coba dibangun dengan promosi menjadi tidak berguna.

Setelah mendapat first time buyer, tentunya perusahaan ingin mempertahankannya selama mungkin menjadi pelanggan loyal. Caranya dengan menjelaskan nilai dari brand, meningkatkan kualitas servis (Service), dan memperbaiki proses yang mendukung perbaikan servis (Process)- disingkat BSP.

Untuk mendorong first time buyer melakukan pembelian berikutnya, pelanggan harus percaya pada nilai brand (brand value). Membangun brand yang kuat berkaitan dengan usaha untuk membuat pelanggan melihat brand kita sebagai brand yang paling kredibel yang dapat memberikan solusi terbaik. Brand harus menjadi bayung yang merepresentasikan produk dan servis.

Untuk meningkatkan brand value, sebuah brand membutuhkan dukungan servis yang baik. Peningkatan nilai produk melalui servis tidak akan terjadi tanpa adanya proses yang efektif dan efisien. Proses di sini yang dimaksud adalah proses penciptaan nilai bagi pelanggan yang tergambar pada kualitas produk, biaya yang dikeluarkan dan kualitas hantaran produk kepada pelanggan atau disingkat QCD-quality, cost, delivery.

Itu semua tentunya ajaran yang sesuai dengan konsep pemasaran yang Legacy di mana pemasar dibantu oleh sistem yang ‘canggih’ seperti CRM, ERP, atau lain sebagainya. Tentunya itu semua sudah semakin tidak relevan lagi seiring dengan masuknya kita ke era New Wave.

Di dunia yang baru dan horizontal ini, kepanjangan dari CRM mungkin bukan lagi Customer Relationship Management, namun Customer Really-Managed. Karena konsumen semakin memegang kendali, mereka terhubung kemana-mana, dan lebih komunal. Sebagai mana yang akan dibahas dalam artikel selanjutnya, yang menjadi sentral dalam customer management di era New Wave ini adalah bagaimana pemasar mengelola pelanggan di komunitas mereka.

sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/11/04/13482093/customer.management.di.era.new.wave


Pembahas

crm_internship

Jaman terus berkembang, demikian juga Customer Management di era sekarang berbeda dengan era terdahulu. Perubahan yang dinamis harus cepat dilakukan agar tidak tertinggal pada arus new wave. Perlakuan perusahaan terhadap para customer juga harus mengikuti pola perkembangan jaman. Sistem yang sistematis, yang menganut prinsip 9 elemen pemasaran tidak lagi pantas diterapkan dijaman sekarang, karena kehidupan yang dinamis, perlu pola pikir yang berkembang untuk inovasi yang baru.

Untuk jaman sekarang, konsumer merupakan pihak yang memegang kendali, bukan perusahaan. Saya setuju dengan wacana diatas tentang CRM, yang sekarang bukan lagi disingkat menjadi Customer Relationship Management, melainkan Customer Really-Managed. Tata cara pengelolaan produk juga tidak setradisional era legacy,  karena permintaan pasar semakin berubah dari masa ke masa. Oleh karena itu Customer Management lebih harus difokuskan ke arah komunitas, yang mengarah pada segmen pasar yang akan diberlakukan.

Knowledge yang dapat diambil dari wacana ini adalah, semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula teknik pemasaran, produksi dan lainnya, hal ini perlu dicamkan bahwa untuk mengikuti perkembangan yang dinamis ini, perlu adanya knowledge akan pasar saat ini, dimana knowledge tersebut sangat mudah didapat dari komunitas yang berada di masyarakat. Dengan mengikuti permintaan komunitas, secara tidak langsung kita membangun sebuah knowledge yang solid terhadap apa yang dibutuhkan untuk membuat product baru, ataupun dalam bentuk pemasaran.

Written by oktorio in: Case Study |
Dec
20
2009
0

Mengarungi Pasar Lewat Pendekatan Horisontal

bnus4Kamis, 3 Desember 2009 | 10:01 WIB

KOMPAS.com – Di artikel-artikel sebelumnya kami sudah membahas bahwa PDB (Positioning, Differentiation dan Branding) yang ‘vertikal’ itu sudah tidak cukup lagi. Harus dihorisontalkan menjadi Triple C! Positioning menjadi Clarification, Differentiation jadi Codification dan Brand jadi Character.

Setelah melihat satu per satu inisiatif-insiatif yang diambil oleh kedai kopinya Paman Howie yang bernama Starbucks untuk menerapkan prinsip New Wave, selanjutnya kita perlu melihat tepatnya bagaimanakah Triple C dari Starbucks, dalam hal ini bagaimana ia mengklarifikasikan apa gunanya Starbucks buat komunitas, bagaimana ia mengkodifikasikan DNA sesungguhnya yang betul-betul otentik, dan juga membangun karakternya yang sempat menghilang. Analisa Triple-C ini akan mengungkapkan bagaimana strategi Starbucks dalam menghadapi pasar, terutama di era horizontal ini.

Starbucks selalu mengklarifikasikan diri diri sebagai ”the third place for coffee” atau tempat ketiga untuk menikmati kopi, setelah rumah dan kantor. Dengan klarifikasi ini, Starbucks mencoba untuk jujur dengan menyatakan bahwa mereka tidak berkompetisi dengan kopi yang disajikan di rumah yang mungkin merupakan ritual keluarga ataupun dengan kopi di tempat kerja yang bagian dari suatu kebutuhan. Sehingga cukup jelas komunitas yang ingin diklarifikasi oleh Starbucks, yaitu kelompok sosial yang gemar berkumpul di luar kantor dan rumah.

Sedangkan DNA Starbucks terkodifikasi, berpusat pada ”The Starbucks Experience”. Inilah DNA code dari Starbucks yang tidak dapat ditiru dengan mudah oleh kompetitor karena terbentuk selama bertahun-tahun sejak perusahaan ini mulai dikelola oleh Paman Howie . Kodifikasi inilah yang menjadi kunci yang membedakan sampai mengakar antara Starbucks dan kompetitornya.

Starbucks memang sempat nyaris lupa diri dengan melupakan kodifikasinya ini. Setelah Paman Howie mengundurkan diri sebagai CEO pada tahun 2000, fokus perusahaan lebih diarahkan pada pertumbuhan dan diversifikasi usaha. Era pertumbuhan Starbucks yang dipimpin oleh Orin Smith dan Jim Donald ini memang membawa hasil yang signifikan. Jumlah outlet Starbucks di dunia mencapai puluhan ribu. Tapi pada era ini, sepertinya perusahaan melupakan fokusnya pada “The Starbucks Experience”.

Tanpa ada pembeda yang kuat antara Starbucks dan kompetitor-nya, perusahaan ini mengalami banyak ancaman. Dengan munculnya kopi premium dari McDonalds dan Dunkin Donuts, posisi Starbucks sebagai “the third place” tidak lagi solid. Saat pembeli melihat bahwa kualitas kopi yang ditawarkan kompetitor tidak jauh berbeda dengan Starbucks, pembeli kehilangan motivasi untuk membeli produknya yang memang dijual dengan harga premium itu. Starbucks saat itu seperti melupakan bahwa “The Starbucks Experience” adalah salah satu alasan utama para pembelinya mencintai kopi yang sering disebut over-priced itu.

Kodifikasi inilah yang akhirnya dibangkitkan kembali oleh Paman Howie saat dia memutuskan untuk kembali menjadi CEO perusahaan dan memecat Jim Donald pada awal 2008. Secara gamblang menyatakan bahwa Starbucks sudah menjadi “korporasi tak berjiwa” dan fokus utama dia adalah mengembalikan “The Starbucks Experience” dan menghentikan komoditisasi yang sedang terjadi terhadap brand yang dibesarkannya ini.

Karakter Starbucks memang mencerminkan apa yang menjadi ambisi dari Paman Howie, yaitu perusahaan yang berada pada keseimbangan antara profitability (keuntungan) dan benevolece (kedermawanan). Itulah mengapa aktivisme sosial sangat penting bagi perusahaan ini. Dan seperti telah dibahas dibahas sebelumnya, karakter ini

Sebuah kutipan dari Paman Howie mungkin bisa menyimpulkan tulisan studi kasus ini, sekaligus menunjukkan bagaimana pemipin Starbucks ini melihat perusahaannya di tengah kompetisi: “Kami tidak memiliki hak paten atas apa yang kami lakukan dan apa pun yang kami jalankan dapat ditiru oleh siapapun. Tapi mereka tidak mungkin bisa meniru jiwa dan hati nurani perusahaan.”

sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/12/03/10010574/mengarungi.pasar.lewat.pendekatan.horisontal


Pembahasan


starbucks-logo

Unsur knowledge management sangat kental pada wacana diatas. Pada era new wave, PDB (Positioning, Differentiation dan Branding) memang tidak lagi menjadi patokan yang kuat. Oleh karena itu perusahaan banyak yang berali ke Triple C! , Positioning menjadi Clarification, Differentiation jadi Codification dan Brand jadi Character. Pada awalnya Starbucks fokus terhadap jati diri mereka, yaitu sebagai the third place for coffee”, dimana mereka jujur, bahwa merekalah tempat ketikga untuk menikmati coffe setelah dirumah dan di kantor. Unsur ini yang menjadikan jati diri Starbucks, ditambah dengan kodifikasi “The Starbucks Experience”, dimana Starbucks telah didirikan bertahun-tahun, tidak seperti kompetitor lainnya. Unsur coffee starbucks yang premium tidak terkalahkan semasa itu. Paman Howie merupakan CEO terbaik yang pernah dimiliki Starbucks.


Sangat disayangkan ketika terjadi pergantian CEO, dimana Knowledge Management yang diterapkan oleh Paman Howie berubah arah dan jati diri ketika Starbucks dipegang oleh Orin Smith dan Jim Donald. Orin Smith dan Jim Donald lebih memfokuskan pada penyebaran sayap dan distrubusi secara global, dimana Starbucks memiliki lebih banyak outlet di dunia, sehingga hal ini kehilangan jati diri dari Starbucks sendiri. Hal ini menjadikan Starbucks tidak berbeda jauh dengan kompetitor yang baru dilahirkan, dimana cita rasa premium nya hilang karena proses perluasan secara besar-besaran tersebut. Pergantian CEO dapat memberikan dampak yang sangat signifikan, apabila unsur Knowledge Management tidak dikelola secara baik.


Oleh karena itu, Paman Howie kembali memimpin Starbucks, dan memecat Jim Donald di tahun 2008. Harga sebuah orisinalitas merupakan kunci yang sangat penting dalam pemasaran produk. Hal ini dipegang dan dimengerti dengan baik oleh Paman Howie, dimana jiwa dan nurani perusahaan Starbucks, merupakan aspek yang sangat sulit ditiru oleh kompetitor lainnya.

Written by oktorio in: Case Study |
Dec
20
2009
0

Pencantuman “Made in Indonesia” Masih Tabu

bnus1Senin, 30 November 2009 | 12:07 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pencantuman Made in Indonesia atau buatan Indonesia pada produk-produk ekspor masih belum dilakukan pengusaha Indonesia. Barang-barang produksi negeri ini, yang membanjiri pasar internasional, tak sedikit dijual tanpa identitas. Bahkan, ada yang dilabeli buatan negara lain.

Di beberapa pusat perbelanjaan di Singapura, misalnya, beberapa pedagang menjual produk kerajinan dari Indonesia. Menurut mereka, aneka barang tersebut, seperti kain batik, diimpor dari Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan (Jawa Tengah). Namun, mereka enggan mencantumkan Made in Indonesia pada produk dagangan yang dijual sebagai oleh-oleh khas Singapura itu.

Yasmin, salah satu pedagang di Singapura, yang ditemui akhir pekan lalu mengaku tak sulit mendapatkan bahan dagangan berupa batik dan pernak-pernik kerajinan dari berbagai daerah di Indonesia. Namun, kain batik dengan motif khas Solo atau Yogyakarta yang diperdagangkannya hanya diberi label batik prada atau batik lepas. Harga jual pun melambung tinggi dibandingkan dengan harga jual di Indonesia.

Batik prada dari Solo dijual 39 dollar Singapura (setara Rp 273.000) dan batik lepas sepanjang 2,5 meter dijual Rp 84.000. Syal batik yang bisa dibeli dengan harga Rp 15.000 di Jalan Malioboro, Yogyakarta, bisa dijual Rp 126.000 per helai di Singapura.

Belum pernah

Perajin topeng kayu di Kabupaten Gunung Kidul, yang telah menembus pasar ekspor, juga belum pernah mencantumkan Made in Indonesia pada produk topeng kayu produksi mereka.

Beberapa perajin bahkan mencantumkan Made in Jamaica atau Made in Afrika pada barang-barang yang mereka produksi. Mereka mengaku, pencantuman lokasi pembuatan masih disesuaikan dengan permintaan pelanggan.

Menurut Kepala Dusun Bobung, yang juga perajin topeng kayu, Kemiran, rata-rata omzet perajin di Dusun Bobung sekitar Rp 180 juta per bulan.

Dusun Bobung memiliki 245 perajin yang jumlahnya cenderung stagnan dari tahun ke tahun. Mayoritas pangsa pasar dari kerajinan topeng kayu Gunung Kidul ini adalah pasar internasional.

Selama ini, kerajinan topeng dari Gunung Kidul telah menembus pasar di Amerika Serikat, Italia, dan Jepang. Pangsa pasar dalam negeri masih didominasi Jakarta dan Bali. Beberapa kerajinan batik kayu asal Gunung Kidul juga dilabeli dengan Made in Bali. (WKM)

sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/11/30/1207229/pencantuman.made.in.indonesia.masih.tabu

Pembahasan

Dapat kita simak dari wacana diatas, bahwa pencantuman “Made in Indonesia” untuk diekspor ke Negara lain masih sangat tabu di kalangan pedagang Indonesia. Hal ini dapat dikarenakan karena berbagai aspek, yaitu kurangnya nasionalitas para pedagang, dan keuntungan yang di dapat dari pencantuman “Made In …”. Merk lokal sangat sulit dipasarkan keluar negri jika mencantumkan brand lokal untuk di ekspor. Sangat ironis,  batik kebanggaan negri yang menjadi identitas Indonesia justru lebih laku jika dipasarkan keluar negri tanpa mencantumkan identitas Indonesia.

Unsur knowledge yang kita dapat yaitu adalah, pencantuman brand atau merk yang masih sangat kental di dunia ini, contohnya dari kasus diatas. Brand Indonesia sangat masih kurang diminati di dunia International. Kebanyakan mata dunia, memandang Indonesia sebelah mata, kebanyakan mereka memandang Indonesia adalah Bali. Ironis sekali akan hal ini, yaitu pencantuman “Made in Bali” akan lebih laris dibandingkan dengan penjualan dengan label “Made in Indonesia”, yang mana batik sebenarnya bukan berasal dari daerah Bali semata.

Dapat kita lihat bahwa saat ini, konsumen masih terpatok terhadap gaya hidup yang berdasarkan brand positioning, dimana kebanyakan konsumer masih melihat suatu produk dari sebuah label, bukan kualitas semata. Dalam hal ini saya tidak menggeneralisir seluruh konsumer, tapi berdasar pengamatan saya brand menduduki peringkat pertama dalam pemilihan sebuah produk. Sebagai contoh, celana dengan merk “Levi’s” dan “Made in USA”  lebih banyak diminati daripada celana dengan merk “Vision Mission” , “Made in Indonesia”, padahal secara kualitas menurut saya Levi’s sendiri sudah kalah dalam sisi kualitas.

brand_positioning_4901

Pada aspek brand positioning inilah, para penjual dan pedagang memanfaatkan knowledge tersebut untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, dengan tidak melihat aspek nasionalitas, dan memalsukan label “Made in Indonesia” dengan label lain yang lebih dapat menarik perhatian konsumer. Pada saat ini, produk yang ditawarkan oleh para penjual dan pedagang adalah produk yang menguntungkan, bukan yang berkualitas.

Written by oktorio in: Case Study |

Powered by WordPress. Theme: TheBuckmaker. Zinsen, Streaming Audio